السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ SELAMAT DATANG DI BLOG PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH CAB, GUGUAK II KAB. LIMA PULUH KOTA PROV. SUMATRA BARAT "" Dari Abu Umamah ra, Nabi Muhammad SAW berkata: barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan karena Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah aku bersama dia disurga seperti ini, beliau mensejajarkan dua jari-nya ""

Translate

Sejarah Muhammadiyah Masuk Ke Sumatra Barat




Minangkabau (baca: Sumatera Barat) ialah daerah pijakan Muhammadiyah periode diluar Jawa. Beberapa disertasi dan tesis mengenai Muhammadiyah di Sumatra Barat telah ditulis diantaranya  yang popular dari Dr. Alfian dengan judul terjemahannya: "Politik Modernism Muhammadiyah di Indonesia" (Cornell University), yang fokus dalam penelitiannya ialah Sumatra Barat, selain Yogyakarta.



Di daerah Sumatra Barat ini, organisasi modernis Muhammadiyah cukup berkembang apa lagi disokong oleh orang - orang yang tergolong kepada "Kaurn Muda" ketika itu. Ularna-ularna dari Kaum Muda telah menguatkan pengaruhnya sekitar tahun 1906, diwaktu sebagian ulama mendapat pengaruh Majalah al-Urwatul Wusqa (yang dipimpin oleh Jamaluddin al-Afghani) dan al-Manar (diasuh oleh Rasid Ridha, Mesir). Salah seorang tokoh utama "KaurnMuda" Sumatra Barat (Minangkabau) ialah Syekh Doktor fid Din Abdul Karim Arnrullah (1871:1-19.49.), atau yang lebih dikenal dengan Inyiak De-er" atau Haji Rasul", beliau adalah ayahanda Buya Hamka.

Buya Hamka dalam bukunya yang terkenal "Ayahku" menuliskan tentang awal mula Muhammadiyah masuk ke Sumatra Barat. Ketika itu ayahandanya  - Haji Rasul - melawat ke Yogyakarta, beliau bertemu dengan pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Sangat besar sambutan Kyai Haji Ahmad Dahlan kepada Haji Rasul, sebab Majalah al- Moenir (terbitan Padang yang salah satu redaksinya ialah Haji Rasul) ternyata telah sampai ke Yogyakarya, dan majalah tersebut menyokong faham ulama-ulama Muhammadiyah. Apatah lagi, konon Kyai Ahmad Dahlan juga satu guru dengan Haji Rasul (Syekh Doktor fid Din Abdul Karim Arnrullah) di Mekah, yaitu Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (w. 1916). Bertemulah kedua ulama ini dengan hangatnya; keduanya saling isi-mengisi, Haji Rasul memberikan ide-ide segar kepada Kyai Ahmad Dahlan, dan Kyai Ahmad Dahlan menitipkan Muhammadiyah kepada Haji Rasul. Pada tahun 1925, menurut catatan Buya Hamka, pulanglah Haji Rasul ke kampung halamannya Sungai Batang, Maninjau. Di Sungai Batang ini pertama sekali dibuka cabang Muhammadiyah untuk daerah Sumatra Barat. dan dibentuk sebuah pengurus cabang yang diisi oleh murid-murid Haji Rasul, termasuk anak beliau, Buya Hamka, namun Haji Rasul (Syekh Doktor fid Din Abdul Karim Arnrullah) tidak pernah tercatat menjadi anggota Muhammadiyah, meski beliau dalam muktamar-muktamar Muhammadiyah menjadi tetamu kehormatan, sederajat dengan Kyai Alas Mansur.

Meski digolongkan kepada "Kaum Muda", dan menjadi pionirnya,dan bertindak sebagai pembawa " Muhammadiyah" ke Sumatra Barat, Haji Rasul tetap dalam pendiriannya dalam soal agama dituangkan dalam karya tulisnya yang sampai saat ini baru di temukan sebanyak 31 judul. dari karya - karya ini kita bisa mengenal secara mendalam mengenai kepribadian dan pemikiran Haji Rasul (Syekh Doktor fid Din Abdul Karim Arnrullah) sebenarnya, yang saat ini banyak di salahfahami oleh sebagian peneliti.

"Semoga bermanfa'at"


0 Response to "Sejarah Muhammadiyah Masuk Ke Sumatra Barat"

Posting Komentar